Pada tanggal 2 Maret, sebuah peristiwa banjir melanda sejumlah wilayah di Jakarta dan sekitarnya. Banjir ini dipicu oleh peningkatan debit air di Bendung Katulampa, Bogor. Menurut laporan, pada pukul 21.00 WIB, ketinggian air di bendungan tersebut mencapai 200 cm, yang kemudian meningkat menjadi 220 cm pada pukul 21.33 WIB, menandakan status Siaga 1.

Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, mengkonfirmasi bahwa peningkatan debit air ini menjadi penyebab utama banjir. Air kiriman dari Bendung Katulampa diperkirakan tiba di Jakarta pada pukul 06.30 WIB.

Salah seorang warga RT 5/RW 8, Minharudin (43), menuturkan bahwa air mulai memasuki rumahnya sekitar pukul 03.00 WIB. Saat itu, ia dan keluarganya sedang tertidur lelap dan terbangun karena keributan tetangga yang sedang mengevakuasi diri.

“Nggak langsung keluar kita, masih sempat buat nyelametin barang dulu. Kalau barang yang lain plastik-plastik masih aman,” jelas Minharudin, menggambarkan upaya penyelamatan barang-barang sebelum air merendam rumahnya.

Warga Pejaten Timur, yang sudah terbiasa dengan banjir, segera bersiap mengamankan barang-barang mereka ke tempat yang lebih tinggi. Beberapa warga, seperti Solihan dan Fauzi, bahkan mempersiapkan makanan sahur lebih awal.

Namun, banjir kali ini membuat warga kesulitan untuk memasak makanan berbuka puasa. Mereka mengandalkan bantuan nasi boks dari berbagai instansi. Pipit, seorang warga Pejaten Timur, mengaku bersyukur mendapatkan tiga nasi boks untuk keluarganya.

Banjir ini menjadi pengingat akan pentingnya kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Warga diimbau untuk selalu waspada terhadap perubahan cuaca dan mengikuti informasi dari pihak berwenang.

Perkembangan situasi banjir terus dipantau dan bantuan terus disalurkan kepada warga terdampak.